Jakarta, CNBC Indonesia – Pengeluaran militer global mengalami peningkatan paling tajam dalam lebih dari satu dekade pada 2023. Hal ini terlihat dari laporan terbaru Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI), Senin (22/4/2024).
Pengeluaran militer global pada 2023 menembus US$ 2,4 triliun (sekitar 39 ribu triliun) atau naik 6,8% dari 2023. Ini merupakan yang tertinggi sejak 2009.
Perang dan meningkatnya ketegangan memicu peningkatan pengeluaran militer di seluruh dunia. Kawasan dengan pengeluaran terbesar adalah Eropa, Timur Tengah dan Asia.
“Total belanja militer berada pada titik tertinggi sepanjang masa,” tegasĀ peneliti senior di SIPRI, Nan Tian, mengatakan kepada AFP.
“Dan, untuk pertama kalinya sejak 2009, kami melihat peningkatan belanja di lima wilayah geografis,” tambahnya.
Secara rinci, Amerika Serikat (AS), China, Rusia, India, dan Arab Saudi menjadi negara dengan pembelanjaan terbesar. SIPRI juga merinci bahwa berlanjutnya perang di Ukraina menyebabkan peningkatan pengeluaran oleh Ukraina, Rusia, dan seluruh negara Eropa.
“Ini mencerminkan memburuknya perdamaian dan keamanan di seluruh dunia. Benar-benar tidak ada wilayah di dunia ini yang keadaannya menjadi lebih baik,” tambah Tian.
Sementara itu, di Amerika Tengah dan Karibia, peningkatan belanja justru didorong oleh upaya lain, seperti memerangi kejahatan terorganisir. Misalnya, Republik Dominika menaikkan belanja negara sebesar 14% sebagai respons terhadap memburuknya kekerasan geng di negara tetangga, Haiti.
Afrika juga mengalami pembengkakan anggaran militer. Republik Demokratik Kongo meningkatkan pengeluarannya lebih dari dua kali lipat menjadi US$ 794 juta (Rp 1,2 triliun), persentase peningkatan terbesar dibandingkan negara mana pun, seiring meningkatnya ketegangan dengan negara tetangganya Rwanda.
“Dengan peningkatan sebesar 78%, Sudan Selatan mengalami peningkatan terbesar kedua, menjadi US$ 1,1 miliar (Rp 17.8 triliun),” tambah SIPRI.
Lebih lanjut, dengan perang di Ukraina yang masih belum berakhir serta situasi terkini di Timur Tengah dan meningkatnya ketegangan di Asia, Tian mengatakan ia yakin negara-negara akan terus meningkatkan kekuatan militer mereka. Tren, tegasnya, akan berlangsung sampai beberapa tahun mendatang.
Sementara itu mengutip laman The Week, sejumlah hal yang terjadi saat ini memang memicu resiko perang yang lebih besar. Khusus saat ini, titik ketegangan berada di Timur Tengah.
“Banyak negara yang bekerja sepanjang waktu untuk menghindari perang yang lebih luas di wilayah tersebut,” kata koresponden keamanan BBC, Frank Gardner.
“Kesamaan yang digambarkan menjelang Perang Dunia Pertama (PD 1) mungkin berlebihanĀ … Namun ini adalah momen yang mengingatkan kita pada dinamika musim panas tahun 1914, ketika perang yang ingin dihindari oleh semua negara tiba-tiba muncul tak terhindarkan, dengan konsekuensi yang tidak dapat diprediksi oleh siapa pun,” kata kolumnis The Washington Post, David Ignatius.
Artikel Selanjutnya
Kim Jong Un Tiba-tiba Serukan Siap Perang, Ada Apa?
(sef/sef)