Jakarta, CNBC IndonesiaIsrael melakukan serangan balik ke Iran, akhir pekan lalu. Hal ini menjadi pembalasan baru dari serangan Teheran yang menembakkan 300 drone dan rudal ke Negeri Zionis Jumat pekan sebelumnya, sebagai reaksi pemboman Israel ke konsulat Iran di Damaskus Suriah.

Mengutip AFP yang merujuk The New York Times, yang mengutip sumber-sumber Israel dan Iran, sasarannya sebenarnya adalah sistem radar sistem pertahanan rudal S-300 yang dipasok Rusia di sebuah pangkalan udara di provinsi tengah Isfahan. Perlu diketahui Isfahan sendiri adalah wilayah yang menjadi tuan rumah pabrik pengayaan uranium Natanz.

“Asal usul serangan tersebut tidak sepenuhnya jelas,” bunyi laporan itu.

“Namun termasuk setidaknya satu rudal yang ditembakkan dari pesawat tempur di luar Iran dan drone serangan kecil yang dikenal sebagai quadcopters yang bisa saja diluncurkan dari dalam Iran sendiri dan ditujukan untuk membingungkan pertahanan udara,” kata laporan lagi.

Israel memang tak pernah membenarkan atau membantah melakukan serangan. Namun menurut analis, ini memberi peringatan akan sesuatu ke Iran.

“Tujuan operasi ini justru untuk mengingatkan Iran akan kemampuan Israel,” kata dosen senior di Clemson University di Amerika Serikat (AS), Arash Azizi.

“Pemilihan pangkalan udara di dekat Isfahan merupakan hal yang penting karena ini adalah sumber utama dukungan pertahanan udara untuk semua instalasi nuklir di provinsi tersebut,” tambahnya.

Sebenarnya, Israel telah lama diyakini telah melakukan operasi sabotase di Iran melalui agen spionase Mossad. Yang paling terkenal, menurut laporan media AS, adalah terbunuhnya ilmuwan nuklir terkemuka Iran Mohsen Fakhrizadeh tahun 2020 oleh Mossad dengan menggunakan senapan mesin yang dirakit di dekat rumahnya oleh agen-agennya dan kemudian ditembakkan dari jarak jauh setelah mereka pergi.

“Pilihan dan penetapan target Israel dengan sendirinya merupakan indikasi kehadiran Mossad di Iran,” kata Alexander Grinberg, pakar Iran di Institut Strategi dan Keamanan Yerusalem.

“Pesan Israel adalah ‘kita bisa menyerang di mana saja di Iran’ mengingat Isfahan berada di pusat Iran, relatif jauh, dan Israel tahu persis di mana mereka bisa menyerang,” tambahnya mengatakan masuk akal jika Iran belum mengkonfirmasi bahwa pangkalan udaranya diserang karena tak menyadari kekuatan musuh.

Sementara itu, peneliti senior non-residen di Dewan Atlantik, Holly Dagres, mengatakan jika serangan Israel melibatkan quadcopter kecil, drone kecil ini kemungkinan besar diluncurkan dari dalam Iran. Hal ini katanya, juga menyoroti “contoh lain di mana Mossad hadir di lapangan dan bagaimana Iran menjadi arena bermainnya”.

Meskipun fase eskalasi saat ini tampaknya sudah berakhir, ia yakin Israel masih bisa melancarkan lebih banyak pembalasan terhadap Iran. Menurutnya ketegangan juga mungkin akan meningkat lagi jika Israel melancarkan serangan yang sudah lama mengancam Rafah di Gaza.

“Dalam beberapa hal, kita sekarang kembali ke aturan operasi sebelum 1 April. Wilayah abu-abu dan operasi yang tidak dapat diatribusikan, sabotase,” tambah Azizi.

“Hal ini sangat cocok bagi Iran dan Israel. Namun perbedaan yang terjadi pada tanggal 1 April masih penting dan membuat pertaruhannya semakin besar,” ujarnya.

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


9 Fakta Baru Perang Gaza: AS ‘Bela’ Hamas-Pesan untuk Putin


(sef/sef)




Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *