Jakarta, CNBC Indonesia – Ketua Umum Realestat Indonesia (REI) Joko Suranto mengatakan, industri properti di dalam negeri seperti raksasa tidur yang ditidurkan.
“Properti atau industri perumahan dalam 1 dasawarsa ini diperlakukan dan mendapat akomodasi yang belum sesuai dengan proporsinya. Ini kita lihat dari angka backlog perumahan, yang tahun 2010 mencapai 13,5 juta. Lalu pada tahun 2020 hanya turun menjadi 12,7 juta. Artinya, ada hampir 20% kepala keluarga yang tak memiliki rumah layak huni,” kata Joko dalam Propertinomic CNBC Indonesia, Rabu (24/4/2024).
Karena itu, ujarnya, REI mengusulkan paradigma baru, propertinomic.
Paradigma ini, kata dia, melihat industri properti/ perumahan sebagai satu kesatuan yang didukung oleh 185 industri sebagai tulang punggungnya (backbone).
“Dari data yang ada, properti ini adalah big giant atau raksasa yang sedang ditidurkan. Kenapa saya sebut begitu? Karena industri properti ini adalah padat karya, backbone-nya 185 industri. Ketika industri suatu proyek ini jadi subjek kebijakan, maka mesin ekonominya, yang saya sebut 185 industri backbone tadi, akan tumbuh,” ujarnya.
Foto: Ketua Umum DPP REI, Joko Suranto
Ketua Umum DPP REI, Joko Suranto
|
“Kalau bertumbuh ekonominya akan panas. Dan, pertumbuhan juga akan kena ke mereka yang belum punya rumah. Ketika ini didorong dan dipahami, maka akan muncul keberpihakan, maka akan ada kebijakan,” tambahnya.
Joko menuturkan, industri properti/ perumahan RI berkontribusi 14% terhadap PDB Indonesia, 35-50% pendapatan asli daerah (PAD), dan 9% terhadap APBN. Dan, menyerap sekitar 14-17 juta tenaga kerja.
“Ini adalah kontribusi yang besar,” imbuh dia.
“Namun, kita tahu, sumbangan PDB ini, Indonesia masih kalah dibandingkan properti di Malaysia dan Thailand, bahkan Filipina,” kata Joko.
Artikel Selanjutnya
Video: Tahun Politik, Sektor Properti Diramal Masih Energik
(dce/dce)