Jakarta, CNBC Indonesia – Direktur Utama Bank Rakyat Indonesia (BRI) Sunarso buka-bukaan terkait ketidakpastian yang menghantui global saat ini. Ia menjelaskan bahwa seluruh dunia sudah mulai was-was dengan kondisi perekonomian gagal, yang sudah mulai terganggu pada saat pandemi Covid-19 merebak empat tahun lalu.

Sunarso mengatakan ketika pandemi memicu gangguan pada rantai pasok, terutama terkait pangan dan energi. Saat pandemi mulai mereda, terjadi perang antara Rusia dan Ukraina yang belum selesai, dan disusul oleh agresi militer Israel di Gaza yang kemudian melebar menjadi konflik antara Iran dan Israel.

“Itu pasti menimbulkan ketidakpastian ekonomi secara global, terutama yang terkait dengan harga minyak, harga energi, dan mungkin harga pangan juga belum terselesaikan dengan baik. Itu situasi global, yang kemudian itu juga memicu potensi inflasi di US dan kemudian akan direspon dengan suku bunga oleh The Fed,” jelas Sunarso pada saat Paparan Kinerja Triwulan I-2024 BRI secara virtual, Kamis (25/4/2024).

Untuk itu, ia mengatakan semua “mau nggak mau” melakukan penyesuaian-penyesuaian terhadap suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve (The Fed). Meskipun, kata Sunarso, sudah ada yang memberi imbauan bahwa negara Asia tidak perlu terlalu bergantung pada The Fed.

“Makanya BRI punya kajian tentang korelasi antara, sebenarnya ekonomi Indonesia itu dalam hubungannya dengan global, itu dengan negara mana yang korelasinya paling kuat. Bahwa sekarang ekonomi kita paling kuat korelasinya dengan ekonomi di China. Sementara kekuatan korelasi antara ekonomi Indonesia dengan Amerika menurun,” terangnya.

Lantas, jika sekarang terjadi gejolak di perekonomian Tiongkok, akan lebih berpengaruh terhadap Indonesia.

Seperti diketahui, perekonomian China hanya tumbuh 5,2% tahun 2023 lalu, terungkap dari angka resmi yang ditunjukkan badan statistik setempat/NBS. Perlambatan ekonomi China dapat memberi dampak ke sejumlah sektor bagi ekonomi regional termasuk Indonesia, salah satunya terkait sektor perdagangan.

Selain itu, tren turunnya harga komoditas juga akan mempengaruhi kinerja dagang RI-China. Di sisi lain tekanan ekonomi Negeri Tirai Bambu ini juga akan mempengaruhi kinerja Foreign direct investment (FDI) RI mengingat China adalah salah satu negara utama sumber FDI di Indonesia.

Namun, ada kabar baik dari data pertumbuhan ekonomi China kuartal I-2024. Data Biro Statistik Nasional China menyebutkan, ekonomi negeri tirai bambu ini tercatat tumbuh 5,3% pada kuartal I-2024.

Meski begitu, masih muncul kekhawatiran terkait kondisi pasar properti di China. Harga properti di China terus turun, dan para pengembang properti ternama seperti Country Garden dan Vanke, memberikan sinyal tekanan pada laba mereka dan tantangan dalam membayar utang-utangnya. Ada juga kekhawatiran China akan berada dalam deflasi karena situasi ini.

[Gambas:Video CNBC]



Artikel Selanjutnya


Pesan dari Chatib Basri, RI Harus Waspada Hadapi Ancaman Ini!


(haa/haa)




Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *