Jakarta CNBC Indonesia – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) terus berupaya menggenjot program konversi dari kendaraan roda dua Berbahan Bakar Minyak (BBM) ke kendaraan berbasis listrik. Salah satunya bekerja sama dengan beberapa instansi pendidikan seperti Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Pengembangan Industri Sektor ESDM Agus Tjahjana mengatakan pihaknya bersama Kemendikbud Ristek tengah bekerja sama untuk memperkuat kemampuan anak SMK. Utamanya dalam melakukan program konversi ke motor listrik.
“Ini kan terus berlangsung secara alamiah ya, padahal secara alamiah kan harus dibangun kemampuan itu. Kalau pabrik bengkel kan sudah dilakukan jadi nanti SMK-SMK otomotif itu dengan kerja sama Kemendikbud Ristek kita harapkan jadi bagian yang besar,” kata Agus ditemui di Gedung Kementerian ESDM, Jumat (26/4/2024).
Oleh sebab itu, Agus berharap dengan adanya kerjasama ini, diharapkan setiap daerah dapat melakukan program konversi secara mandiri. Apalagi terdapat sekitar 10 ribu lebih SMK yang ada di Indonesia.
“Sekitar 1500 kalau gak salah itu adalah SMK otomotif jadi kita harapkan bengkel-bengkel yang ada sekarang akan bekerja sama. Kalau buka bengkel kan susah, memang mereka disekolahkan untuk bisa masuk industri otomotif nah konversi itu bagian dari itu,” katanya.
Selain itu, Agus membeberkan banyak BUMN yang tertarik untuk terlibat dalam proyek ini dengan memberikan bantuan pelatihan melalui program CSR (corporate social responsibility).
“Banyak BUMN yang tertarik untuk membantu mereka menggunakan anggaran CSR untuk melatih darimana sepeda motornya itu punya siswa. Jadi misalnya ada SMK otomotif di Bekasi siswanya ada 10. Nah kemudian dari 10 itu konversi sendiri tapi di bawah supervisi dari bengkel-bengkel yang sudah grade A,” kata dia.
Sebelumnya, Kementerian ESDM mengungkapkan program konversi dari kendaraan roda dua Berbahan Bakar Minyak (BBM) ke kendaraan berbasis listrik masih cukup rendah. Tercatat sepanjang 2023 realisasi program konversi masih di bawah 1000 unit dari target 50 ribu unit.
Menteri ESDM Arifin Tasrif membeberkan penyebab rendahnya program konversi motor BBM ke motor listrik salah satunya disebabkan lantaran motor yang didaftarkan banyak yang tidak memiliki Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) alias ‘bodong’. Padahal animo masyarakat untuk mengikuti program ini sebenarnya cukup banyak.
“Yang mendaftar banyak, tapi ternyata pas dicek banyak yang STNK-nya bodong. Jadi pada takut yang nge daftar,” kata Arifin ditemui di kantor Ditjen Migas, Jumat (16/2/2024).
Oleh sebab itu, Arifin tengah mengupayakan agar terdapat solusi untuk mengatasi persoalan tersebut. Misalnya seperti pemberian kebijakan mobil listrik yang dibebaskan dari pengenaan tarif pajak kendaraan bermotor progresif.
“Kita tetap usahain ya karena mau pakai acara apa lagi kita? Industrinya masih belum, motor baru belum bangun, daya beli juga. Cara satu-satunya motor tua ini kita coba dorong untuk dikonversi,” ujarnya.
Sebagaimana diketahui, untuk tahun 2024 sendiri, pemerintah menargetkan konversi motor listrik yang lebih tinggi lagi yakni sebanyak 150.000 unit.
Artikel Selanjutnya
Pemerintah Bicara Kuota Solar Akhir Tahun: Mengkhawatirkan!
(ven)