Jakarta, CNBC Indonesia – Transaksi perdagangan antara Indonesia dengan beberapa negara mitra dagang makin banyak tak menggunakan dolar Amerika Serikat (AS). Terutama saat menjelang peningkatan ketidakpastian perekonomian global akibat perang dan kebijakan suku bunga bank sentral yang tinggi.
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Destry Damayanti mengatakan transaksi tanpa dolar atau yang dikenal dengan istilah transaksi Local Currency Transaction (LCT) meningkat pesat pada penghujung kuartal I-2024. Nilai transaksi menggunakan mata uang masing-masing negara hingga akhir Maret 2024 senilai US$ 1,37 miliar atau setara Rp 22,2 triliun.
“Akhir Maret, terjadi peningkatan luar biasa di LCT kita, karena terjadi transaksi atau volume sebesar US$ 1,37 miliar, ini naik di atas 100% dari periode sebelumnya,” kata Destry saat konferensi pers hasil rapat dewan gubernur BI, dikutip Senin (29/4/2024).
Total pelaku usaha yang memanfaatkan skema transaksi dengan menggunakan mata uang lokal itu juga melonjak pada akhir Maret 2024. Destry mengatakan, jumlah pelaku usah yang menggunakan skema LCT mencapai 3.504, lebih tinggi dari rata-rata pada tahun lalu yang di kisaran 2.602 pelaku usaha.
Destry mengatakan, salah satu penyebab lonjakan pemanfaatan LCT ini karena ada peningkatan transaksi LCT antara pelaku usaha di Indonesia dengan di Jepanga. Transaksi tanpa dolar itu tidak hanya dilakukan saat interaksi perdagangan, melainkan juga saat penyelesaian proses investasi antara bank Jepang dengan Indonesia dalam bentuk joint venture.
“Mereka melakukan skema pendanaan dalam bentuk LCT, jadi menggunakan yen terhadap rupiah, ini menjadi satu hal positif dan mencerminkan bahwa tidak hanya perdagangan menggunakna LCT, tetapi investasi bisa dilakukan,” tuturnya.
Di tengah tidak menentunya kondisi perekonomian global akibat dampak ketidakjelasan arah suku bunga acuan bank sentral AS atau The Federal Reserve (The Fed), serta konflik di berbagai belahan dunia khususnya di kawasan Timur Tengah yang tengah memanas, membuat mata uang dolar AS menguat terhadap mata uang negara lain.
Nilai tukar rupiah pun sudah sepekan lebih bertengger di level atas Rp 16.200 per dolar akibat dampak penguatan dolar. Oleh sebab itu pemerintah Indoneaia kini juga tengah menggencarkan pemanfaatan LCT guna mengurangi ketergantungan terhadap dolar AS. LCT pun telah diterapkan dengan sejumlah negara.
BI telah menandatabganj kesepakatan kerja sama LCT dengan bank sentral negara lain, seperti Malaysia (Bank Negara Malaysia), Thailand (Bank of Thailand), Jepang (Japan Ministry of Finance), China(People Bank of China), Singapura (Monetary Authority of Singapore), dan Korea Selatan (Bank of Korea).
Untuk memperkuat skema ini, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, pemerintah telah memiliki satuan tugas atau Satgas LCT untuk memperkuat dan memperluas pemanfaatan LCT. Satgas LCT telah dibentuk sejak pertengahan tahun lalu oleh Presiden Joko Widodo atau Jokowi.
Satgas ini terdiri dari BI, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Kementerian Koordinator Bidang Maritim dan Investasi, Kementerian Keuangan, Kementerian Luar Negeri, Kementerian Perindustrian, Kementerian Perdagangan, Kementerian Badan Usaha Milik Negara, Otoritas Jasa Keuangan, dan Lembaga Penjamin Simpanan.
“Kita terus dorong local curency transaction, dengan Satgas Nasional LCT, saat ini Thailand, Malaysia, Jepang, dan CHina dan MoU sedang dilakukan dengan Singapura dan Korea Selatan, dan ini akan diperluas bersama India, Arab Saudi, dan negara-negara di ASEAN,” tutur Airlangga.
Artikel Selanjutnya
RI & Korea Selatan Sepakat Kurangi Ketergantungan Pada Dolar
(haa/haa)