Jakarta, CNBC Indonesia – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat harga beras di Indonesia akhirnya mengalami penurunan pada April 2024. Penurunan beras terjadi di 28 provinsi dan memberikan andil deflasi hingga 0,12% selama bulan April ini.

“Setelah mengalami inflasi 8 bulan berturut-turut sejak Agustus 2023, beras alami deflasi pada April 2024,” kata Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta, Kamis, (2/5/2024).

Amalia mengatakan turunnya harga beras itu salah satunya dipicu oleh dimulainya panen raya di Indonesia. Meski demikian, BPS juga mencatat bahwa harga beras masih mengalami inflasi di 8 provinsi lainnya. Provinsi itu adalah Papua Barat Daya, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Kepulauan Riau, Provinsi Riau, Papua Barat, Papua dan Maluku Utara.

Amalia mengatakan kenaikan harga beras di sejumlah provinsi itu dipicu oleh pola konsumsi beras yang bervariasi antara wilayah. Selain itu ada pula pola tanam dan panen padi yang juga bervariasi.




Lima hari menjelang Puasa Ramadan, harga sejumlah bahan pokok penting terpantau stabil tinggi, setelah mengalami kenaikan sejak satu bulan lalu.  (CNBC Indonesia/Martya Sari)Foto: Lima hari menjelang Puasa Ramadan, harga sejumlah bahan pokok penting terpantau stabil tinggi, setelah mengalami kenaikan sejak satu bulan lalu. (CNBC Indonesia/Martya Sari)
Lima hari menjelang Puasa Ramadan, harga sejumlah bahan pokok penting terpantau stabil tinggi, setelah mengalami kenaikan sejak satu bulan lalu. (CNBC Indonesia/Martya Sari)

“Ini yang menyebabkan perbedaan struktur permintaan dan suplai beras antar wilayah. Meskipun secara nasional terjadi panen raya, tapi tidak semua wilayah mengalami penurunan beras,” ucap dia.

Amalia melanjutkan BPS juga mencatat terdapat preferensi di sejumlah wilayah yang lebih suka dengan merek-merek beras lokal. Misalnya suku Minang yang tinggal di wilayah Riau dan sekitarnya lebih menyukai varietas beras Solok.

Selain itu, penduduk Kalimantan juga lebih memilih mengkonsumsi varietas beras lokal mereka. “Pola konsumsi ini cenderung inelastis, yaitu pasokan dari luar wilayah di masa panen seperti sekarang, tidak serta merta mampu menekan harga beras lokal,” kata dia.

“Terlebih jika sisi produksi beras lokal belum meningkat sehingga jika terjadi permintaan terhadap beras lokal masih tinggi dan kecenderungan preferensi beras lokal itu tidak otomatis dapat diganti dari beras luar wilayah, sehingga beras lokal bisa saja tetap tinggi meskipun secara nasional kita masuk panen raya,” sebut dia.

[Gambas:Video CNBC]



Artikel Selanjutnya


Harga Beras Dunia Tembus Rekor Sejak 2020, Dunia Terancam Kelaparan


(wur)




Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *