Jakarta, CNBC Indonesia – Presiden China Xi Jinping mengunjungi Eropa untuk pertama kalinya dalam 5 tahun, Minggu (5/5/2024). Ini terjadi saat kondisi geopolitik antara Negeri Tirai Bambu dan Benua Biru memanas.
Mengutip CNN International, Xi mengawali kunjungannya di Eropa dengan mengunjungi Prancis. Nantinya, ia akan singgah juga di Serbia, dan Hungaria.
Kunjungan ini dilakukan saat Uni Eropa (UE) telah meluncurkan penyelidikan perdagangan terhadap turbin angin China dan peralatan medis. Jerman dan Inggris dalam beberapa hari terakhir juga menangkap setidaknya enam orang atas dugaan spionase dan kejahatan terkait yang terkait dengan Beijing.
Pada Maret, Italia secara resmi keluar dari Belt and Road. Ini merugikan Beijing karena status Roma yang sebelumnya menjadi negara satu-satunya dalam aliansi G7 yang ikut program China itu.
Meskipun pandangan di beberapa wilayah Eropa semakin menguat, negara-negara lain masih menyambut kedatangan China dengan tangan terbuka. Ini menandai bagaimana konsensus antara Benua Biru terkait China belum tercapai.
“China semakin dipandang sebagai ancaman multi-segi di banyak negara Eropa. Namun ada perpecahan di Eropa mengenai seberapa cepat dan jauh tindakan yang harus diambil dalam mengatasi kekhawatiran terhadap Tiongkok, baik di bidang ekonomi dan keamanan,” kata Noah Barkin, peneliti senior German Marshall Fund Amerika Serikat yang berbasis di Berlin.
Pembicaraan Perdagangan
Kunjungan Xi akan dimulai dengan salah satu kritik terberatnya. Pemimpin China itu dijadwalkan bertemu dengan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen bersama Presiden Prancis Emmanuel Macron pada hari Senin.
Von der Leyen telah mempelopori seruan UE untuk “mengurangi risiko” rantai pasokannya dari China karena kekhawatiran akan keamanan teknologi-teknologi utamanya. Ia juga mendorong penyelidikan anti-subsidi berisiko tinggi yang didukung oleh Prancis terhadap masuknya kendaraan listrik asal China.
Dalam pertemuannya, Xi kemungkinan akan menekankan pesan Beijing bahwa manuver ini justru akan berbahaya bagi Eropa. Diketahui, China juga telah mengambil tindakan ketat terhadap produk Benua Biru yang masuk negaranya, menciptakan ancaman bagi produk Eropa di raksasa ekonomi Asia itu.
Pendekatan yang keras juga dianggap akan diambil oleh Macron. Ia telah memberikan sinyal akan adanya diskusi mendalam terkait perdagangan Eropa-China.
“Saya menyerukan ‘aggiornamento’ karena China kini kelebihan kapasitas di banyak wilayah dan mengekspor secara besar-besaran ke Eropa,” kata presiden Prancis, menggunakan kata Italia untuk pembaruan, dalam sebuah wawancara pada hari Minggu dengan outlet Prancis La Tribune Dimanche.
Jauhi AS
Xi mungkin melihat lebih banyak peluang untuk memenangkan niat baik selama pertemuan tatap muka dengan Macron. Pasalnya, sumber Elysee menyebut akan ada pertemuan yang lebih “pribadi” antara keduanya di pegunungan Pyrenees di Prancis Selatan.
Profesor ilmu politik di Universitas Nasional Singapura, Chong Ja Ian, menyebut dalam pertemuan empat mata, Xi kemungkinan besar akan berbicara terkait keinginannya agar Eropa sedikit memberikan jarak dengan Amerika Serikat (AS).
“Xi mungkin ingin bekerja sama dengan Macron untuk melihat apakah dia bisa menjauhkan Eropa dari Amerika Utara, serta mempererat hubungannya dengan pemain penting UE ini,” kata Chong.
Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh Kementerian Luar Negeri China setelah kedatangannya, Xi mengatakan bahwa Beijing dan Paris telah memberikan ‘model bagi komunitas internasional untuk hidup berdampingan secara damai serta kerja sama yang saling menguntungkan antara negara-negara dengan sistem sosial yang berbeda’.
Perang Rusia-Ukraina
Perang di Ukraina juga diperkirakan akan menjadi agenda dalam pertemuan awal pekan ini. Profesor hubungan internasional di Universitas Renmin di Beijing, Wang Yiwei, menyebut Xi kemungkinan besar akan memposisikan dirinya sebagai pembawa perdamaian.
“Presiden Xi akan menjelaskan kepada Presiden Macron tentang hubungan China dengan Rusia … (bahwa) China dapat menjadi perantara untuk menjembatani kesenjangan antara Eropa dan Rusia,” paparnya.
Beijing sejauh ini dirasa tidak berbuat banyak untuk menggerakkan Kremlin menuju visi Eropa untuk perdamaian di Ukraina, meskipun ada upaya berulang kali untuk mendorong Xi agar dapat menggunakan hubungannya dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Kunjungan Xi terjadi ketika AS dan sekutu-sekutunya di Eropa semakin vokal mengenai kekhawatiran bahwa ekspor barang-barang fungsi ganda dari China ke Rusia dapat memperlebar peperangan. Beijing membela perdagangan itu sebagai bagian rutin dari hubungan bilateralnya.
“Macron dan Von der Leyen kemungkinan akan memperingatkan Xi bahwa hubungan mereka berisiko semakin memburuk jika China terus menyediakan barang-barang tersebut,” ujar Barkin lagi.
Sikap Beograd dan Budapest
Persinggahan Xi di Serbia dan Hungaria kemungkinan besar tidak terlalu menimbulkan kontroversi. Ini disebabkan di dua negara itu, Xi tidak akan mendapatkan kritik yang begitu keras seperti di Eropa Barat.
“Di Beograd dan Budapest, Xi tidak perlu mendengarkan kritik yang dia dengar di ibu kota Eropa lainnya,” kata Barkin.
“Para pemimpin mereka menyambut baik investasi China , dan mereka tidak mempermasalahkan hubungan China yang semakin erat dengan Rusia.”
Kunjungan Xi ke Beograd akan bertepatan dengan peringatan 25 tahun pemboman NATO terhadap kedutaan besar China di Beograd yang menewaskan tiga orang. Serangan tersebut memicu rasa permusuhan yang mendalam dari Beijing terhadap aliansi tersebut, meskipun AS mengatakan bahwa serangan tersebut adalah sebuah kecelakaan.
Dari sisi ekonomi, Xi mungkin juga akan menyoroti investasi China di Beograd dan Budapest sebagai sebuah pesan ke seluruh Eropa bahwa hubungan yang baik dengan Beijing dapat membawa keuntungan yang banyak.
Di Hungaria, Xi akan berupaya memperdalam hubungannya dengan Perdana Menteri Viktor Orban, yang telah memblokir atau mengkritik upaya UE untuk meminta pertanggungjawaban China dalam masalah hak asasi manusia.
Negara Eropa tengah ini juga telah menjadi pusat produksi yang semakin penting di Eropa bagi pemasok otomotif Tiongkok termasuk pembuat kendaraan listrik.
“Setidaknya, ada pandangan bahwa ada banyak penerimaan terhadap Xi,” tambah Chong dari Singapura.
Artikel Selanjutnya
‘Musuh’ China Terpilih Jadi Presiden Taiwan, Ini Kata Xi Jinping-Biden
(luc/luc)