Tbilisi, CNBC Indonesia – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati optimistis ekonomi Indonesia tetap tumbuh tinggi di tengah ketidakpastian global. Perkiraan untuk 2024 adalah sebesar 5,2% year on year (yoy) lebih tinggi dari realisasi tahun lalu.
“Secara keseluruhan, kami masih optimis bahwa perekonomian Indonesia akan tumbuh sebesar 5,2% pada tahun 2024, yang menggarisbawahi komitmen negara terhadap pertumbuhan berkelanjutan dan stabilitas,” ungkapnya dalam Pertemuan Tahunan Asian Development Bank (ADB) di Tbilisi, Georgia akhir pekan lalu.
Di depan Menteri Keuangan Negara Anggota ADB, Sri Mulyani memaparkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2023 sebesar 5,05%. Dorongan terbesar berasal dari konsumsi domestik dan inflasi yang terjaga.
“Kebijakan fiskal telah memainkan peran yang efektif dalam mengarahkan perekonomian dari pandemi Covid-19 dan guncangan global saat ini. Indonesia merupakan salah satu dari sedikit negara yang posisi fiskalnya terus membaik secara signifikan,” terangnya.
“Defisit fiskal terus menyusut secara signifikan dari 6,1% produk domestik bruto (PDB) selama pandemi pada tahun 2020 menjadi 1,65% pada tahun 2023, yang mengakibatkan rasio utang terhadap PDB terus menurun,” tegas Sri Mulyani.
Indonesia, kata Sri Mulyani juga telah berhasil menyelenggarakan pemilihan umum (Pemilu). Ini juga sekaligus mempercepat proses wait and see yang biasanya dilakukan investor ketika pemilu.
Sri Mulyani menambahkan Kekuatan ekonomi Indonesia dapat dilihat pada Purchasing Managers’ Index (PMI) yang terus menunjukkan ekspansi, dengan indeks Manufaktur yang mencapai angka 54,2 pada Maret 2024.
Dari sisi permintaan, keyakinan konsumen tetap kuat dan Indeks Keyakinan Konsumen tetap berada pada zona optimis sebesar 123,8 per Maret 2024.
Meski demikian tantangan ke depan tidak mudah. Meningkatnya konflik dan ketegangan geopolitik dapat mengganggu rantai pasokan dan meningkatkan ketidakstabilan harga komoditas, sementara fragmentasi geo-ekonomi dapat membalikkan manfaat integrasi ekonomi global.
Kemudian lonjakan inflasi direspons dengan kenaikan suku bunga acuan. Seperti yang dilakukan oleh Amerika Serikat (AS) menaikkan suku bunga atau Fed Fund Rate secara agresif dan justru menimbulkan gejolak di pasar keuangan.
“Menghadapi meningkatnya ketidakpastian, negara-negara perlu meningkatkan ketahanan dengan meningkatkan perdagangan, investasi lintas batas, dan jaringan rantai pasokan,” ujarnya.
Di sisi lain pentingnya kerja sama antar negara yang lebih solid. Sri Mulyani meminta ADB untuk tetap waspada dan responsif dalam mendukung anggotanya mengatasi tantangan yang sedang berlangsung dan menerapkan langkah-langkah yang lebih nyata yang bertujuan untuk memperkuat stabilitas keuangan global.
Artikel Selanjutnya
Gawat! Dunia Bisa Kacau Balau Dihantam Ancaman Mengerikan Ini
(haa/haa)